Minggu, 11 Desember 2016

SEKS DALAM KEHAMILAN..?? AMANKAH...????





     Kehamilan merupakan satu langkah dari perkembangan hubungan seksual antara dua individu. Semua kehamilan tentunya diawali oleh hubungan seks. Oleh karena itu pada waktu hamil, jangan takut menghadapi seks. Seks merupakan suatu langkah dari perkembangan hubungan seksual antara dua individu. Seks merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi mereka. Jika terjadi kehamilan, maka pasangan suami istri harus dapat menerima masalah yang terjadi pada kehidupan seksualnya. Saat hamil, pasangan suami istri sering merasa khawatir akan terjadi apa-apa jika mereka aktif bercinta. Padahal selama kehamilannya normal, aktivitas seksual dianggap aman-aman saja dan dapat dilakukan kapan pun selama kapan pun. Pada dasarnya, komunikasi itu memegang peranan penting dalam kehidupan seksual yang berkualitas selama kehamilan.








    Ketika hamil, kehidupan seks setiap orang dipengaruhi oleh hal-hal seperti kepercayaan diantara pasangan mengenai seks, kondisi fisik yang berubah pada saat kehamilan, serta kondisi emosional pada saat hamil. Selain faktor-faktor tersebut, sebenarnya seks dalam kehamilan dalam menjadi sangat nikmat. Pada saat hamil, cairan vagina dapat lebih meningkat, selain itu adanya perubahan pada alat genitalia membuat beberapa orang justru dapat merasakan orgasme untuk pertama kalinya. Namun beberapa wanita hamil tetap saja malas melakukan hubungan seksual dengan alasan mual, muntah, perasaan aneh dan takut menyakiti janin. Untuk mengatasi hal itu, perlu dilakukan komunikasi diantara pasangan atau dengan dokter ahli. Jika keduanya merasa tidak nyaman berhubungan, maka dapat dicoba cara seperti saling berpelukan, mandi air hangat, makan malam romantis, pijatan, atau kegiatan apapun yang membuat kehangatan suasana.

     Perubahan hormonal memegang kendali dalam kehidupan seks dalam kehamilan. Terkadang pada tiga bulan pertama, wanita hamil biasanya lebih bergairah. Namun pada trimester kedua, sensasi baru terasa karena adanya perubahan fisik tubuh. Kebanyakan wanita kehilangan gairah seks saat kehamilan tua, tidak saja karena badannya yang tidak saja karena badannya yang semakin membesar juga karena pikiran mereka mulai terfokus dengan persiapan mereka menyambut kedatangan bayi yang akan mereka lahirkan. 








     Keinginan berhubungan seksual akan menurun pada kebanyakan wanita hamil walaupun terdapat respon yang berbeda dari setiap inidividu. Pada kehamilan trimester ketiga, 75% primigravida dilaporkan kehilangan minat untuk melakukan hubungan seksual dan sebanyak 83% akan mengalami penurunan dalam frekuensi aktivitas seksualnya. 

     Menurut beberapa literatur, terdapat faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan menurunnya keinginan untuk melakukan hubungan seksual, frekuensi koitus dan kepuasan dalam berhubungan seksual, antara lain aturan sosial (aturan di tempat kerja atau aturan orang tua), pernikahan yang diinginkan, mood, kelelahan, perubahan fisik.

     Kehamilan mungkin dapat menimbulkan konflik psikologis yang mungkin sebelumnya tidak pernah dialami oleh wanita hamil. Hal yang sama juga dapat terjadi pada pasangannya. Para suami mungkin berpikir cemas mengenai kemampuan ekonominya untuk mencukupi kebutuhan bagi keluarga barunya. Kecemburuan dapat terjadi karena wanita hamil itu lebih mementingkan janinnya dibandingkan suaminya. Perubahan rasa cinta sebagai pasangan menjadi rasa cinta sebagai seorang ayah atau ibu, tidaklah mudah untuk dihadapi oleh kedua pasangan.

     Selama hamil, perubahan fisik yang terjadi akan mengubah penilaian wanita terhadap dirinya sendiri. Maka suami harus bisa untuk memberikan kepercayaan diri yang lebih bagi pasangannya.



     Keinginan melakukan seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, personal maupun interpersonal. Keinginan seksual dapat terhambat akibat kurangnya pengetahuan, emosi, kecemasan, dan sikap lainnya. Baik wanita hamil maupun pasangannya harus menyadari bahwa selama kehamilan, akan muncul rasa cemas ketika akan melakukan hubungan seksual. Keterbukaan dan komunikasi antar pasangan dapat mengatasi kesulitan mengeni hubungan seksual selama kehamilan sehingga pada saat melakukan hubungan seksual, mereka melakukannnya dengan hati-hati. Penyuluhan prenatal yang diberikan dapat memberikan ketenangan pada wanita hamil bahwa masalah yang dihadapi tidak banyak berbeda dari pasangan lainnya.







Pengaruh kehamilan terhadap dorongan seksual

     Ada dua kemungkinan pengaruh kehamilan terhadap dorongan seksual, yaitu meningkat atau justru menurun dengan drastis. Keduanya sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen, namun penjelasan mengapa wanita yang satu bisa meningkat sedangkan yang lain menurun sangat tergantung oleh psikologis dan masing-masing individu. 



     Menurut penelitian, penurunan atau peningkatan dorongan seksual adalah normal. Jika wanita hamil mengalami peningkatan gairah seksual pada saat hamil, hal itu dapat disebabkan karena kondisi hubungan sehat dan saling memuaskan. Terlebih lagi jika trimester pertama yang menyebalkan sudah terlewati, maka hubungan seks justru dapat semakin mengebu-gebu karena kemungkinan wanita hamil dapat lebih mudah mencapai orgasme. Namun terkadang masalah muncul karena pria atau pasangan tidak memiliki hasrat yang sama. Kadang pria beranggapan hubungan intim akan melukai dan menekan janin, sehingga mereka menjadi lebih berhati-hati dan menahan diri. Kenyataan ini tentunya menjadikan wanita hamil menjadi kurang nyaman. Jika menghadapi permasalahan tersebut, wanita hamil tidak dilarang untuk melakukan masturbasi dan yang terpenting adalah tidak menyakiti diri sendiri maupun janin. Jika wanita hamil tersebut ingin menggunakan vibrator, mereka diperbolehkan memakainya asalkan tidak menempatkan vibrator pada vagina. Pelumas seperti jelly atau astroglide juga dapat digunakan kecuali jika wanita hamil tersebut memiliki kecenderungan untuk melahirkan bayi prematur, maka harus menghentikan sementara berbagai hal yang memancing orgasme termasuk masturbasi dan hubungan intim.








Mitos-mitos mengenai seks dalam kehamilan

     Banyak sekali mitos-mitos mengenai seks dalam kehamilan yang saat ini beredar luas dalam masyarakat, dan dianggap sebagai suatu kebenaran. Oleh karena dianggap benar, maka perilaku seksual juga dipengaruhi dan mengikuti informasi yang salah dan sesuai dengan mitos itu. Mitos-mitos seperti harus sering, posisi kanan & kiri, boleh tidaknya berhubungan.








     Harus sering. Menurut mitos, dengan sering melakukan hubungan seksual semasa hamil, bayi dalam rahim dapat bertumbuh subur dan sehat. Hal ini disebabkan karena dengan hubungan seksual maka bayi mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang normal dan sehat. Maka tidak sedikit pasangan suami istri yang berupaya agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar sang bayi normal dan sehat. Padahal anggapan tersebut tidak benar sama sekali. Tidak ada hubungan lagi antara sperma dengan bayi yang ada dalam rahim. Tidak ada hubungan pula antara sperma dan pertumbuhan bayi. Artinya, kalau selama hamil melakukan hubungan seksual, maka spermatozoa yang masuk tidak akan berpengaruh terhadap kehamilan. Yang mempengaruhi sehat tidaknya janin dalam rahim adalah kualitas sel spermatozoa yang membuahi sel ovum.

     Posisi kanan & kiri. Menurut mitos, jika saat melakukan hubungan seksual posisi pria dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi yang akan dilahirkan berjenis kelamin laki-laki. Sebaliknya, jika hubungan seksual dimulai dari sisi kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi akan berjenis kelamin perempuan. Tentu saja informasi ini sangat tidak rasional, karena jenis kelamin bayi tidak ditentukan oleh posisi pria ketika berhubungan seksual melainkan oleh kromosom X & Y yang dibawa oleh sel spermatozoa.

     Boleh tidaknya berhubungan. Dalam masyarakat juga beredar anggapan yang salah bahwa melakukan seks dalam kehamilan tidak boleh karena mengganggu perkembangan bayi. Akan tetapi, ada juga anggapan lain yang mengatakan bahwa hubungan seksual juga tidak menimbulkan akibat apapun terhadap kehamilan sehingga boleh saja dilakukan seperti sebelum masa hamil. Padahal anggapan ini juga tidak selalu benar, tergantung kondisi kehamilannya.




Panduan seks dalam kehamilan

     Panduan seks dalam kehamilan itu sangat diperlukan karena kehamilan berpengaruh terhadap hubungan seksual, begitupun dengan sebaliknya. Pengaruh hubungan seksual terhadap kehamilan harus dilihat berdasarkan perubahan anatomi dan fisiologis yang terjadi pada wanita hamil selama mengalami siklus reaksi seksual. Dimana sebuah aktivitas seksual yang sempurna itu terjadi melalui 4 fase reaksi seksual, yaitu fase rangsangan, fasa datar, fase orgasme, dan fase resolusi. Alat kelamin dan bagian-bagian tubuh lain akan mengalami perubahan anatomis dan fisiologis selama fase-fase ini, baik pada pria maupun wanita. Pada wanita tidak hanya alat kelamin bagian luar saja yang mengalami perubahan tetapi juga alat kelamin bagian dalam,khususnya uterus. Perubahan yang terjadi pada rahim bahkan telah tampak sejak bagian awal fase rangsangan. Pada saat wanita mengalami rangsangan seksual yang cukup kuat, uterusnya juga akan akan mengalami reaksi berupa gerakan-gerakan yang cepat dan tidak teratur. Bahkan pada bagian akhir fase rangsangan, uterus akan tertarik ke atas. Gerakan-gerakan ini menjadi semakin hebat pada fase datar, dan mencapai puncaknya bila wanita mencapai orgasme. Gerakan-gerakan uterus yang seolah mencekap, terutama saat orgasme, harus mendapat perhatian dalam kehamilan.


     Wanita yang berulang kali mengalami keguguran sebelumnya, sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual sampai mencapai orgasme. Bahkan aktivitas seksual lain yang dapat menimbulkan orgasme, seperti masturbasi juga perlu dihindari.

     Menurut penelitian, orgasme pada saat masturbasi dapat menimbulkan gerakan uterus yang lebih hebat daripada aktivitas seksual antara pasangannya. Maka wanita tersebut sebaiknya tidak melakukan semua aktivitas seksual yang sampai menimbulkan orgasme selama kehamilan, terutama selama 3-4 bulan pertama. Bagi wanita yang tidak pernah mengalami keguguran berulang kali, tentu saja peraturan ini tidak berlaku. Gerakan-gerakan uterus yang berlebihan dapat meningkatkan angka kegagalan terhadap implantasi dari hasil fertilisasi sel ovum dan spermatozoa. Selain itu adanya kandungan prostaglandin jenis tertentu dalam sperma yang diduga menimbulkan kontraksi berlebihan dari miometrium sehingga meningkatkan presentasi abortus.

     Pada prinsipnya, hubungan seks yang dilakukan selama kehamilan berjalan normal tak jadi masalah. Yang patut dipertanyakan, seberapa jauh aktivitas seksual aman dilakukan dalam kehamilan? Sulit sekali menegakkan aturan yang berlaku umum karena setiap pasangan memiliki standar yang berbeda. Meskipun demikian, pada awal dan akhir kehamilan (setelah usia kehamilan mencapai 36 minggu atau lebih), intensitas koitus sebaiknya dikurangi. Saat ini, risiko keguguran relatif lebih tinggi dibanding masa pertengahan kehamilan. Selama koitus, sebaiknya posisi tubuh diatur sedemikian rupa agar penis tidak masuk terlalu dalam. Usahakan pula agar tubuh suami tidak terlalu menekan bagian perut istri. Selain itu hindari koitus dalam waktu yang lama dan orgasme berulang-ulang karena saat orgasme adakalanya terjadi peregangan rahim dan kontraksi sesaat. Juga, aliran darah ke janin saat itu akan berkurang.



     Selama mengalami hubungan seksual dalam kehamilan, apabila pasangan melakukan cunnilingus (oral seks), sebaiknya pasangannya tidak meniup udara ke dalam liang vagina karena gelembung udara tersebut berpotensi menghambat aliran pembuluh darah sehingga menimbulkan emboli yang dapat berakibat fatal baik bagi bayi dan janinnya.

     Hindari berbaring terlentang selama berhubungan intim. Jika uterus yang membesar menekan pembuluh darah utama (sistem aortocaval) yang terletak di bagian belakang perut, maka vaskularisasinya menjadi berkurang sehingga tekanan darah menurun drastis pada sebagian wanita hamil serta mereka dapat merasakan pusing (lightheaded) atau mual, berkeringat dan terkadang tampak pucat. Jika berbalik ke posisi miring, gejala tersebut akan hilang dan wanita hamil akan merasa lega.



     Posisi saat hubungn seksual akan berubah secara signifikan pada kehamilan trimester ketiga. Penggunaan “man on top” yang digunakan sebelum kehamilan akan menurun selama kehamilan. Posisi “woman on top” lebih banyak digunakan selama kehamilan. Posisi menyamping atau “side to side” merupakan posisi yang palaing banyak digunakan selama kehamilan berlangsung.

     Jika anda memang tidak ingin melakukan hubungan seksual, katakan apa adanya pada pasangan anda. Cemas, tidak nyaman, tidak tertarik sama sekali atau tidak memungkinkan ( harus menghindari), adalah beberapa alasan yang umum. Jangan hanya berpikir jika berhubungan seksual itu harus dengan koitus, namun dengan berpelukan, ciuman mesra, pijatan nikmat merupakan bentuk perhatian seksual. Dan pasangan anda adalah orang yang paling wajib untuk mengerti segala ketidaknyamanan yang sedang dirasakan.

     Pastikan juga agar suami tidak melakukan aktivitas seksual selain dengan istrinya karena adanya resiko penularan penyakit menular seksual dan infeksi yang dapat mempengaruhi kesehatan kehamilan dan janin serta menyebabkan kecacatan maupun kematian. Jika salah satu pasangan memiliki kecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seks selama wanita hamil, sebaiknya digunakan kondom saat berhubungan intim atau berlaku istilah Safe sex is no sex. Keamanan 100% adalah ketika tidak berhubungan seksual. Ini tidak berarti suami-istri sebaiknya tidak berhubungan intim.










SEKS DALAM KEHAMILAN..?? AMANKAH...????

     Kehamilan merupakan satu langkah dari perkembangan hubungan seksual antara dua individu. Semua kehamilan tentunya diawali oleh ...