Kamis, 31 Maret 2016

DIABETES MELITUS

     Tentu saja kita sering mendengar tentang penyakit Diabetes Melitus (DM), atau yang sering dikenal orang sebagai kencing manis. Menurut ADA (American Diabetes Association) diabetes melitus adalah suatu bagian dari penyakit metabolisme dimana terjadi kondisi hiperglikemia (kadar gula dalam darah tinggi) yang diakibatkan ketidakmampuan tubuh dalam mengolah atau menggunakan gula darah sebagai tenaga. Ketidakmampuan tubuh dalam mengolah gula darah mencakup gangguan sekresi insulin, gangguan pada insulin sendiri, atau keduanya. Gejala DM yang paling mudah dikenali adalah "5P", yaitu Polyuri (banyak kencing), Polydipsia (banyak minum), Polyphagia (banyak makan), Pruritus (gatal), dan Parastesi (kesemutan). Masih banyak lagi gejala klinik DM, tetapi yang paling mudah dikenal masyarakat yaitu 5P. 

Gejala klinik Diabetes Melitus
Sumber: http://www.diabetes-ao.com/symptoms-type-2-diabetes-mellitus/


     Menurut WHO jumlah penderita DM ada 150 juta orang. Diramalkan pada tahung 2025 usia penderita DM akan berkisar pada umur 65 tahun dan akan terus berkembang bahkan sampai berkisar pada umur 45 tahun. Perkembangan penyakit DM yang pesat ini didapat sering di negara berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk, umur, dan gaya hidup yang sedentary

     Pada umumnya terdapat 2 tipe DM, yaitu Tipe 1 dan Tipe 2. Kita akan membahasnya satu persatu. 

  • Diabetes Melitus Tipe 1.
    • Pada jenis diabetes ini sering dikenal juga sebagai insulin-dependent. Pada DM tipe 1 terjadi kegagalan pankreas dalam memproduksi insulin. Biasanya DM tipe 1 terjadi pada anak kecil. Basis bagaimana terjadinya DM tipe 1 adalah akibat kerusakan autoimun pada sel B pankreas. Manifestasi pertama pada DM tipe 1 adalah ketoasidosis. Rusaknya sel B pankreas bisa disebabkan karena gen-gen tertentu (HLA-DR) dan lingkungan.  
  • Diabetes Melitus Tipe 2
    • Pada diabetes ini sering disebut juga non-insulin-dependent, dimana pada kondisi DM tipe 2 terjadi akibat ketidakmampuan tubuh dalam merespon insulin yang diproduksi oleh pankreas. Oleh WHO, DM tipe 2 ini adalah jenis DM yang paling sering terjadi diseluruh dunia. Ada sekitar 90% kasus DM tipe 2 dari seluruh kasus DM.
     Bagaimana Diabetes Melitus (DM) terjadi tergantung dari tipe apa dulu diabetesnya. 

  • Untuk DM tipe 1 patogenesisnya sebagai berikut. 
    Patogenesis DM tipe 1. Sumber: http://ocw.tufts.edu/Content/14/lecturenotes/265878

    • Diabetes Melitus tipe 1 terjadi pada usia muda dengan insidensi terbanyak pada usia 10-12 tahun untuk perempuandan 12-14 tahun untuk laki-laki, meskipun DM tipe 1 dapat terjadi pada semua usia yang biasanya kurang dari 20 tahun. DM tipe 1 terjadi oleh karena kerusakan sel beta pankreas yang dimediasi oleh autoimun. Sehingga penatalaksanaan utama untuk DM tipe 1 adalah insulin karena kegagalan pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga terjadi defisiensi insulin yang absolut. 
    • Genetik dan faktor lingkungan menyebabkan kelainan imun (autoantibodi). Glutamic acid decarboxylase antibodies (GAD-65), islet cell antibodies (ICA512/IA-2), dan insulin antibodies (IAA) adalah suatu marker untuk diagnosis DM tipe 1. Kehancuran sel Beta pankreas dimediasi oleh sel T. 

    • Untuk DM tipe 2 patogenesisnya sebagai berikut.

      Patogenesis DM tipe 2. Sumber: http://ocw.tufts.edu/Content/14/lecturenotes/265878
      • Pada DM tipe 2, resistensi insulin pada jaringan dan ketidakmampuan insulin menjadi penentu terjadinya DM tipe 2. Resistensi insulin menyebabkan ketidakmampuan uptake glukosa pada jaringan perifer (otot, dll). Untuk mencegah hal tersebut dan mencegah metabolisme yang abnormal pada jaringan perifer maka pankreas akan menambah produksi dari insulin. Hiperglikemia muncul saat terjadi ketidakcocokan antara kebutuhan insulin yang sebenarnya dan jumlah insulin yang disekresikan oleh sel beta pankreas. 


         Pengobatan untuk penderita DM non farmakologi yang utama adalah olahraga dan pengaturan diet. Pada umumnya penderita DM tipe 1 membutuhkan suntik insulin. Pada penderita DM tipe 2 memang tidak terlalu membutuhkan insulin untuk penatalaksanaan dan biasanya menggunakan obat oral untuk mengatasi hiperglikemi yang dialami. Golongan-golongan obat untuk terapi DM adalah sebagai berikut :
    • Biguanides
      • Golongan ini menjadi terapi utama untuk DM tipe 2. Cara kerja obat ini adalah meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan perifer, dan mengurangi hepatic gluconeogenesis. Contoh obat golongan ini adalah Metformin.


    • Sulfonylureas
      • Golongan ini berfungsi untuk menstimulasi pelepasan insulin oleh sel beta pankreas, serta mengurangi HbA1c 1-2%. Pemeriksaan HbA1c berguna untuk melihat bagaimana progress dari pengobatan diabetes. Contoh obat ini adalah Glimepiride. Cara kerja Glimepiride adalah meningkatkan produksi insulin serta sensitivitas insulin.



        • Insulins
          • Pengobatan insulin dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut
          1. Masa kerja singkat, mula kerja cepat : reguler insulin, zinc insulin 
          2. Masa kerja sedang : lente.semilente, NPH 
          3. Masa kerja lama, mulai kerja lambat : ultralente
          • Komplikasi pemberian insulin adalah sebagai berikut :
            • Hipoglikemi
              • Penyebabnya adalah : terlambat makan, gerak badan berlebihan atau dosis insulin terlalu besar Gejala insulin berlebihan adalah bingung, tingkah laku aneh dan dapat sampai koma.
            • Imunopatologi, biasanya ada beberapa orang yang alergi dengan pengobatan ini.
             Komplikasi DM beragam. Komplikasi terjadi saat kita terlalu lama tidak mengontrol gula darah kita. Komplikasi menurut mayoclinic.com adalah sebagai berikut.
        1. Gangguan Kardiovaskuler. DM biasanya meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, misalnya serangan jantung, stroke,  dan atherosclerosis
        2. Neuropati. Para penderita DM sering mengeluhkan kelainan saraf berupa sering baal atau kesemutan. Gula darah yang terlalu tinggi (hiperviskositas) dapat merusak dinding pembuluh darah sehingga mempengaruhi aliran nutrisi ke jaringan saraf. 
        3. Kerusakan Ginjal (Nefropati). Didalam ginjal terdapat banyak sekali pembuluh darah yang berperan dalam proses penyaringan zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh untuk dibuang. Diabetes dapat merusak proses penyaringan tersebut, sehingga komplikasi terparah dapat menyebabkan gagal ginjal.
        4. Kerusakan Mata (Retinopati)
        5. Gangguan Pendengaran.
        6. Penyakit Alzheimer.
             Penyakit Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang kompleks. Penyakit ini sangat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Dapat dibayangkan seberapa besar kerusakan dalam tubuh yang dialami saat DM. Biaya dalam pengobatan DM juga tidak tergolong murah. Pengobatan DM dilakukan bisa sampai seumur hidup tergantung keparahannya. Maka tindakan pencegahan perlu dilakukan. Pencegahan utama untuk DM adalah kontrol diet dan olahraga. 




             Sekian pembahasan kita tentang Diabetes Melitus. Mudah-mudahan penjelasan singkat ini dapat membantu pembaca untuk lebih memahami tentang penyakit ini.

        Jumat, 04 Maret 2016

        Multiple Myeloma..?? APA..?? BAGAIMANA..???

        Multiple Myeloma..??? Apakah itu suatu bentuk organisasi rahasia para oma-oma se-Indonesia..?? 

             Tenang.. Multiple myeloma bukanlah organisasi para oma se-Indonesia. tetapi adalah suatu penyakit keganasan. Mungkin masih terdengar asing bagi telinga kita untuk istilah penyakit ini. Menurut American Cancer Society Multiple Myeloma (MM) adalah suatu keganasan yang disebabkan oleh sel plasma yang abnormal. Sel plasma pada normalnya terletak di sumsum tulang dan sangat berfungsi dalam tugas sebagai antibodi atau pertahanan dalam tubuh.

             Pertahanan tubuh kita dibentuk oleh bervariasi jenis sel yang berkerja sama dalam melawan suatu infeksi. Limfosit adalah suatu jenis sel yang memegang peranan paling penting dalam pertahanan tubuh manusia. Limfosit terdiri dari Limfosit B dan Limfosit T. Saat limfosit B merespon terhadap suatu infeksi, maka limfosit tersebut akan matang dan berubah menjadi sel plasma. Sel plasma membentuk suatu antibodi yang disebut juga imunoglobulin yang digunakan dalam melawan kuman. Limfosit ditemukan di kelenjar getah bening, sumsum tulang, usus, dan aliran darah. Sel plasma banyak ditemukan di sumsum tulang. Sumsum tulang adalah suatu jaringan lunak di dalam tulang berongga  Selain sel plasma, sumsum tulang normal memiliki sel-sel yang membuat sel-sel darah lainnya.

             Oleh ACS (America Cancer Society) mengemukakan bahwa terdapat 30.330 kasus baru pasien MM dimana terdapat 17.900 pada kasus pria dan 12.430 pada kasus perempuan.
        Proliferasi sel plasma yang tidak normal juga mempengaruhi produksi sel darah lainnya sehingga mengakibatkan leukopenia, anemia, dan trombositopenia. 

             Gejala klinik Multiple Myeloma biasanya asimptomatik, tetapi dapat dilihat dari kenaikan kadar protein dalam darah. Penderita biasanya mengalami kelemahan badan, nyeri pada tulang, bahkan dapat mengalami gangguan pada ginjal. Kelemahan yang terjadi pada penderita biasanya diakibatkan karena anemia yang dialami. Oleh medicinet.com telah menjabarkan gejala klinik MM, yaitu:
        1. Anemia
        2. Bleeding
        3. Nerve damage
        4. Skin lesions
        5. Enlarged tongue (macroglossia)
        6. Bone tenderness or pain
        7. Weakness or tiredness
        8. Infections
        9. Pathologic bone fractures
        10. Spinal cord compression
        11. Kidney failure

        Gejala klinik Multiple Myeloma. Sumber: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/multiple+myeloma

             Patofisiologi atau proses bagaimana suatu gejala klinik penyakit yang timbul pada penyakit MM masih belum diketahui secara jelas. Gejala klinik MM bisa dilihat berikut ini:

        1. Kelainan skeletal. Proliferasi sel plasma dapat menyebabkan kerusakan tulang dengan adanya lesi osteolitik, anemia, hiperkalsemia. Hiperkalsemia timbul diakibatkan oleh faktor aktivasi osteoklas/osteoclast.
        2. Plasmacytoma. Extramedullary Plasmacytoma adalah suatu bentuk kelainan pertumbuhan sel plasma yang awalnya dan biasanya terdapat di tulang, tetapi jenis sel plasma ini terdapat di jaringan tubuh lain (paru-paru, dan organ lainnya).
        3. MGUS (Monoclonal Gammopathy of Undertermined Significance). Pada kondisi ini, sel plasma dapat menghasilkan salinan antibodi yang abnormal yaitu protein Monoclonal atau protein M. Biasanya pada MGUS kondisi seseorang tidak terlalu terganggu. Biasanya orang dengan MGUS dapat berlanjut menjadi multiple myeloma atau lymphoma. 
            Penyebab MM sangat banyak, terdiri dari genetik, inflamasi kronis, radiasi, infeksi dan MGUS. Penelitian terkini sedang dilakukan terutama tentang Human Leukocyte Antigen (HLA)-Cw5 atau Cw2. Ada beberapa penelitian juga mengemukakan bahwa MM lebih muda terkena pada orang-orang yang sering terpapar herbisida atau insektisida. Human Herpesvirus 8 (HH8) juga diteliti ditemukan di penyakit MM dan MGUS, karena HH8 menginfeksi sel dendritik sumsum tulang.

             National Comprehensive Cancer Network (NCCN) telah memberikan guidelines penatalaksanaan MM. Guideline penatalaksanaan dapat di download di http://szpiczak.org/lang/aktualnosci/komunikaty/pdf/rok_2015/myeloma_blocks.pdf. Penatalaksanaan MM menurut NCNN adalah sebagai berikut:
        • Bortezomib/dexamethasone
        • Bortezomib/cyclophosphamide/dexamethasome
        • Bortezomib/lenalidomide/dexamethasone (category 1)
        • Lenalidomide/low-dose dexamethasone (category 1)
        • Melphalan/prednisone/bortezomib (MPB) (category 1)
        • Melphalan/prednisone/lenalidomide (MPL) (category 1)
        • Melphalan/prednisone/thalidomide (MPT) (category 1)
             Prognosis untuk penyakit ini beragam. Untuk penderita MGUS biasanya masih tergolong baik, dan apabila berkembang menjadi multiple myeloma maka akan berakhir dengan buruk. Biasanya penderita dapat bertahan dengan interval waktu satu sampai sepuluh tahun, dengan reratanya adalah tiga tahun. Menurut medscape.com prognosis akan baik bila penderita dengan usia muda, dan prognosis bertambah buruk seiring dengan tua umur pasien. Faktor-faktor yang memperburuk prognosis pasien adalah sebagai berikut:
        1. Massa tumor
        2. Hiperkalsemia
        3. Bence Jones Proteinemia
        4. Kerusakan ginal (creatinine lebih dari 2mg/dl)
        Infeksi juga menjadi faktor penyebab kematian penderita multiple myeloma. Pada penelitian di Inggris, 10% kematian penderita MM dalam 60 hari, 45% diantaranya disebabkan karena infeksi. Pada penelitian di Swedia, kematian penderita MM sebanyak 22% karena infeksi pada tahun pertama setelah terdiagnosis. 

             Untuk pembahasan penyakit Multiple Myeloma cukup sampai disini. Mudah-mudahan pembahasan yang singkat ini dapat membantu pembaca dalam mengerti tentang penyakit Multiple Myeloma.

        Untuk request pembahasan penyakit bisa emai di ricky.hutagalung16@gmail.com











        Selasa, 01 Maret 2016

        SLE... LUPUS..?? APA ITU SLE/LUPUS..???

        SLE...??? Lupus..??? Itu apaan ya???


             Sering mungkin kita dengar atau bahkan mungkin tetangga atau kerabat kita mengalami penyakit ini. Oke kita akan membahas apa itu SLE. SLE adalah singkatan dari Systemic Lupus Erythematosus adalah suatu penyakit inflamasi kronis autoimun yang menyerang organ secara non spesifik. Nah mungkin anda masih bingung apa sih autoimun itu..?? oke kita permudahkan untuk mengerti apa itu autoimun. Setiap manusia memiliki suatu bentuk pertahanan dalam tubuhnya sendiri. Bak seorang tentara yang menjaga kedaulatan dan keamanan bangsanya.. Ceileeehh.. #aseekk.. Nah tetapi pada kondisi autoimun, tentara tersebut malah menyerang balik warga negaranya sendiri. Pada kondisi penyakit SLE atau Lupus, sistem imun tubuh menyerang multiorgan.
             

        sumber: http://www.medicalnewstoday.com/info/lupus/

             Pada lupus, sistem imun (antibodi) tidak dapat membedakan antara antigen (suatu substansi yang menyebabkan respon imun tubuh, dapat berupa bakteri dll) dan jaringan tubuh yang sehat. medscape.com (link: http://emedicine.medscape.com/article/332244-overview), menunjukkan gejala klinik dari penyakit lupus, yaitu:
        1. Secara umum berupa mudah capek, demam, perubahan pada berat badan, arthralgia (nyeri sendi).
        2. Sistem mukuloskeletal, yaitu arthralgia, arthropathy (kelainan pada sendi, dapat berupa arthritis, yaitu peradangan pada sendi), dan myalgia (nyeri otot).
        3. Kelainan dermatologi, yaitu malar rash, sensitif terhadap cahaya, dan discoid lupus (suatu jenis lupus yang hanya terbatas pada kulit bermanifestasikan kemerahan pada kulit disekitar kepala, leher, dll tanpa menyerang organ dalam. 
        4. Renal (ginjal), yaitu gagal ginjal akut atau kronis
        5. Kelainan kejiwaan
        6. Paru-paru, berupa efusi pleura (Penumpukan cairan di antara lapisan pleura. Pleura adalah lapisan yang memisahkan paru-paru dengan rongga dada), pneumonitis, dan pulmonary hypertension
        7. Gastrointestinal, berupa mual, nyeri pada perut, dyspepsia.
        8. Jantung, berupa perikarditis  dan myokarditis.


        Dyscoid rash. Sumber: http://www.medicalnewstoday.com/info/lupus/

        Gejala klinik dari SLE atau Lupus. Sumber:http://thelupusinitiative.org/slides/pdf/PP_Overview.pdf

        Arthropathy, suatu kelainan pada sendi. Sumber:http://thelupusinitiative.org/slides/pdf/PP_Overview.pdf

             Bagaimana SLE bisa terjadi??? Meskipun mekanisme secara spesifik belum diketahui, tetapi penyakit ini dihubungkan oleh multipel faktor berupa genetik, regulasi imun, hormonal, dan lingkungan. Kelainan gen (HLADR-3), hormonal, dan imun bersama dengan lingkungan berupa sinar UV, obat-obatan dll mempengaruhi proliferasi sistem imun tubuh. Sistem imun tubuh disini terutapa proliferasi dari sel Limfosit. Berbagai faktor tersebut membuat hiperaktivasi dari sel Limfosit tipe B dan T, defek terhadap clearance imun kompleks, dan intoleransi sistem imun. Sehingga dari proses tersebut membuat produksi dari autoantibodi. Banyak manifestasi klinik SLE dihubungkan dengan kelainan regulasi sistem imun tubuh yang berikatan dengan antigen di berbagai jaringan tubuh. Kompleks antibodi-antigen banyak tersimpan di membran-membran dasar dari suatu organ, misalnya ginjal dan kulit.  


        Patogenesis SLE. Sumber: http://thelupusinitiative.org/
             Pengobatan SLE tergantung dari derajat beratnya SLE. Biasanya para penderita SLE diberikan NSAID (Non-Steroidal Anti Inflamatory Disease). Oleh EULAR (European League Against Rheumatism) merekomendasi pengobatan untuk pasien SLE. Untuk manifestasi organ mayor biasanya diberikan obat jenis glukokortikoid. Terapi adjuvan juga sering diberikan berupa sunscreen untuk menghindari atau mengurangi efek sinar UV untuk manifestasi kulit. Suplemen vitamin D diberikan juga untuk penderita SLE yang sudah stabil. Vitamin D diberikan untuk meningkatkan fungsi endotel sehingga mengurangi penyakit jantung dan pembuluh darah pada pasien. 
             
             Untuk prognosis penyakit SLE atau Lupus tergantung dari beratnya penyakit. Jumlah kematian pasien akibat penyakit ini sudah banyak berkurang karena kemajuan dibidang pengobatan. Untuk 10-year survival rate adalah 90% dan 15-year survival ratenya 80% (sumber: medscape.com). Oleh EULAR juga mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang memperberat SLE, yaitu:

        1. Infeksi
        2. Hipertensi
        3. Lipid Disorder, penyakit jantung
        4. Diabetes Melitus
        5. Keganasan

             Cukup sekian pembahasan kita tentang penyakit SLE atau Lupus. Mudah-mudahan penjelasan singkat ini membantu pembaca untuk lebih memahami penyakit Lupus.

        Untuk request penjelasan penyakit lainnya bisa emai saya di ricky.hutagalung16@gmail.com












        SEKS DALAM KEHAMILAN..?? AMANKAH...????

             Kehamilan merupakan satu langkah dari perkembangan hubungan seksual antara dua individu. Semua kehamilan tentunya diawali oleh ...