Minggu, 11 Desember 2016

SEKS DALAM KEHAMILAN..?? AMANKAH...????





     Kehamilan merupakan satu langkah dari perkembangan hubungan seksual antara dua individu. Semua kehamilan tentunya diawali oleh hubungan seks. Oleh karena itu pada waktu hamil, jangan takut menghadapi seks. Seks merupakan suatu langkah dari perkembangan hubungan seksual antara dua individu. Seks merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi mereka. Jika terjadi kehamilan, maka pasangan suami istri harus dapat menerima masalah yang terjadi pada kehidupan seksualnya. Saat hamil, pasangan suami istri sering merasa khawatir akan terjadi apa-apa jika mereka aktif bercinta. Padahal selama kehamilannya normal, aktivitas seksual dianggap aman-aman saja dan dapat dilakukan kapan pun selama kapan pun. Pada dasarnya, komunikasi itu memegang peranan penting dalam kehidupan seksual yang berkualitas selama kehamilan.








    Ketika hamil, kehidupan seks setiap orang dipengaruhi oleh hal-hal seperti kepercayaan diantara pasangan mengenai seks, kondisi fisik yang berubah pada saat kehamilan, serta kondisi emosional pada saat hamil. Selain faktor-faktor tersebut, sebenarnya seks dalam kehamilan dalam menjadi sangat nikmat. Pada saat hamil, cairan vagina dapat lebih meningkat, selain itu adanya perubahan pada alat genitalia membuat beberapa orang justru dapat merasakan orgasme untuk pertama kalinya. Namun beberapa wanita hamil tetap saja malas melakukan hubungan seksual dengan alasan mual, muntah, perasaan aneh dan takut menyakiti janin. Untuk mengatasi hal itu, perlu dilakukan komunikasi diantara pasangan atau dengan dokter ahli. Jika keduanya merasa tidak nyaman berhubungan, maka dapat dicoba cara seperti saling berpelukan, mandi air hangat, makan malam romantis, pijatan, atau kegiatan apapun yang membuat kehangatan suasana.

     Perubahan hormonal memegang kendali dalam kehidupan seks dalam kehamilan. Terkadang pada tiga bulan pertama, wanita hamil biasanya lebih bergairah. Namun pada trimester kedua, sensasi baru terasa karena adanya perubahan fisik tubuh. Kebanyakan wanita kehilangan gairah seks saat kehamilan tua, tidak saja karena badannya yang tidak saja karena badannya yang semakin membesar juga karena pikiran mereka mulai terfokus dengan persiapan mereka menyambut kedatangan bayi yang akan mereka lahirkan. 








     Keinginan berhubungan seksual akan menurun pada kebanyakan wanita hamil walaupun terdapat respon yang berbeda dari setiap inidividu. Pada kehamilan trimester ketiga, 75% primigravida dilaporkan kehilangan minat untuk melakukan hubungan seksual dan sebanyak 83% akan mengalami penurunan dalam frekuensi aktivitas seksualnya. 

     Menurut beberapa literatur, terdapat faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan menurunnya keinginan untuk melakukan hubungan seksual, frekuensi koitus dan kepuasan dalam berhubungan seksual, antara lain aturan sosial (aturan di tempat kerja atau aturan orang tua), pernikahan yang diinginkan, mood, kelelahan, perubahan fisik.

     Kehamilan mungkin dapat menimbulkan konflik psikologis yang mungkin sebelumnya tidak pernah dialami oleh wanita hamil. Hal yang sama juga dapat terjadi pada pasangannya. Para suami mungkin berpikir cemas mengenai kemampuan ekonominya untuk mencukupi kebutuhan bagi keluarga barunya. Kecemburuan dapat terjadi karena wanita hamil itu lebih mementingkan janinnya dibandingkan suaminya. Perubahan rasa cinta sebagai pasangan menjadi rasa cinta sebagai seorang ayah atau ibu, tidaklah mudah untuk dihadapi oleh kedua pasangan.

     Selama hamil, perubahan fisik yang terjadi akan mengubah penilaian wanita terhadap dirinya sendiri. Maka suami harus bisa untuk memberikan kepercayaan diri yang lebih bagi pasangannya.



     Keinginan melakukan seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, personal maupun interpersonal. Keinginan seksual dapat terhambat akibat kurangnya pengetahuan, emosi, kecemasan, dan sikap lainnya. Baik wanita hamil maupun pasangannya harus menyadari bahwa selama kehamilan, akan muncul rasa cemas ketika akan melakukan hubungan seksual. Keterbukaan dan komunikasi antar pasangan dapat mengatasi kesulitan mengeni hubungan seksual selama kehamilan sehingga pada saat melakukan hubungan seksual, mereka melakukannnya dengan hati-hati. Penyuluhan prenatal yang diberikan dapat memberikan ketenangan pada wanita hamil bahwa masalah yang dihadapi tidak banyak berbeda dari pasangan lainnya.







Pengaruh kehamilan terhadap dorongan seksual

     Ada dua kemungkinan pengaruh kehamilan terhadap dorongan seksual, yaitu meningkat atau justru menurun dengan drastis. Keduanya sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen, namun penjelasan mengapa wanita yang satu bisa meningkat sedangkan yang lain menurun sangat tergantung oleh psikologis dan masing-masing individu. 



     Menurut penelitian, penurunan atau peningkatan dorongan seksual adalah normal. Jika wanita hamil mengalami peningkatan gairah seksual pada saat hamil, hal itu dapat disebabkan karena kondisi hubungan sehat dan saling memuaskan. Terlebih lagi jika trimester pertama yang menyebalkan sudah terlewati, maka hubungan seks justru dapat semakin mengebu-gebu karena kemungkinan wanita hamil dapat lebih mudah mencapai orgasme. Namun terkadang masalah muncul karena pria atau pasangan tidak memiliki hasrat yang sama. Kadang pria beranggapan hubungan intim akan melukai dan menekan janin, sehingga mereka menjadi lebih berhati-hati dan menahan diri. Kenyataan ini tentunya menjadikan wanita hamil menjadi kurang nyaman. Jika menghadapi permasalahan tersebut, wanita hamil tidak dilarang untuk melakukan masturbasi dan yang terpenting adalah tidak menyakiti diri sendiri maupun janin. Jika wanita hamil tersebut ingin menggunakan vibrator, mereka diperbolehkan memakainya asalkan tidak menempatkan vibrator pada vagina. Pelumas seperti jelly atau astroglide juga dapat digunakan kecuali jika wanita hamil tersebut memiliki kecenderungan untuk melahirkan bayi prematur, maka harus menghentikan sementara berbagai hal yang memancing orgasme termasuk masturbasi dan hubungan intim.








Mitos-mitos mengenai seks dalam kehamilan

     Banyak sekali mitos-mitos mengenai seks dalam kehamilan yang saat ini beredar luas dalam masyarakat, dan dianggap sebagai suatu kebenaran. Oleh karena dianggap benar, maka perilaku seksual juga dipengaruhi dan mengikuti informasi yang salah dan sesuai dengan mitos itu. Mitos-mitos seperti harus sering, posisi kanan & kiri, boleh tidaknya berhubungan.








     Harus sering. Menurut mitos, dengan sering melakukan hubungan seksual semasa hamil, bayi dalam rahim dapat bertumbuh subur dan sehat. Hal ini disebabkan karena dengan hubungan seksual maka bayi mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang normal dan sehat. Maka tidak sedikit pasangan suami istri yang berupaya agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar sang bayi normal dan sehat. Padahal anggapan tersebut tidak benar sama sekali. Tidak ada hubungan lagi antara sperma dengan bayi yang ada dalam rahim. Tidak ada hubungan pula antara sperma dan pertumbuhan bayi. Artinya, kalau selama hamil melakukan hubungan seksual, maka spermatozoa yang masuk tidak akan berpengaruh terhadap kehamilan. Yang mempengaruhi sehat tidaknya janin dalam rahim adalah kualitas sel spermatozoa yang membuahi sel ovum.

     Posisi kanan & kiri. Menurut mitos, jika saat melakukan hubungan seksual posisi pria dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi yang akan dilahirkan berjenis kelamin laki-laki. Sebaliknya, jika hubungan seksual dimulai dari sisi kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi akan berjenis kelamin perempuan. Tentu saja informasi ini sangat tidak rasional, karena jenis kelamin bayi tidak ditentukan oleh posisi pria ketika berhubungan seksual melainkan oleh kromosom X & Y yang dibawa oleh sel spermatozoa.

     Boleh tidaknya berhubungan. Dalam masyarakat juga beredar anggapan yang salah bahwa melakukan seks dalam kehamilan tidak boleh karena mengganggu perkembangan bayi. Akan tetapi, ada juga anggapan lain yang mengatakan bahwa hubungan seksual juga tidak menimbulkan akibat apapun terhadap kehamilan sehingga boleh saja dilakukan seperti sebelum masa hamil. Padahal anggapan ini juga tidak selalu benar, tergantung kondisi kehamilannya.




Panduan seks dalam kehamilan

     Panduan seks dalam kehamilan itu sangat diperlukan karena kehamilan berpengaruh terhadap hubungan seksual, begitupun dengan sebaliknya. Pengaruh hubungan seksual terhadap kehamilan harus dilihat berdasarkan perubahan anatomi dan fisiologis yang terjadi pada wanita hamil selama mengalami siklus reaksi seksual. Dimana sebuah aktivitas seksual yang sempurna itu terjadi melalui 4 fase reaksi seksual, yaitu fase rangsangan, fasa datar, fase orgasme, dan fase resolusi. Alat kelamin dan bagian-bagian tubuh lain akan mengalami perubahan anatomis dan fisiologis selama fase-fase ini, baik pada pria maupun wanita. Pada wanita tidak hanya alat kelamin bagian luar saja yang mengalami perubahan tetapi juga alat kelamin bagian dalam,khususnya uterus. Perubahan yang terjadi pada rahim bahkan telah tampak sejak bagian awal fase rangsangan. Pada saat wanita mengalami rangsangan seksual yang cukup kuat, uterusnya juga akan akan mengalami reaksi berupa gerakan-gerakan yang cepat dan tidak teratur. Bahkan pada bagian akhir fase rangsangan, uterus akan tertarik ke atas. Gerakan-gerakan ini menjadi semakin hebat pada fase datar, dan mencapai puncaknya bila wanita mencapai orgasme. Gerakan-gerakan uterus yang seolah mencekap, terutama saat orgasme, harus mendapat perhatian dalam kehamilan.


     Wanita yang berulang kali mengalami keguguran sebelumnya, sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual sampai mencapai orgasme. Bahkan aktivitas seksual lain yang dapat menimbulkan orgasme, seperti masturbasi juga perlu dihindari.

     Menurut penelitian, orgasme pada saat masturbasi dapat menimbulkan gerakan uterus yang lebih hebat daripada aktivitas seksual antara pasangannya. Maka wanita tersebut sebaiknya tidak melakukan semua aktivitas seksual yang sampai menimbulkan orgasme selama kehamilan, terutama selama 3-4 bulan pertama. Bagi wanita yang tidak pernah mengalami keguguran berulang kali, tentu saja peraturan ini tidak berlaku. Gerakan-gerakan uterus yang berlebihan dapat meningkatkan angka kegagalan terhadap implantasi dari hasil fertilisasi sel ovum dan spermatozoa. Selain itu adanya kandungan prostaglandin jenis tertentu dalam sperma yang diduga menimbulkan kontraksi berlebihan dari miometrium sehingga meningkatkan presentasi abortus.

     Pada prinsipnya, hubungan seks yang dilakukan selama kehamilan berjalan normal tak jadi masalah. Yang patut dipertanyakan, seberapa jauh aktivitas seksual aman dilakukan dalam kehamilan? Sulit sekali menegakkan aturan yang berlaku umum karena setiap pasangan memiliki standar yang berbeda. Meskipun demikian, pada awal dan akhir kehamilan (setelah usia kehamilan mencapai 36 minggu atau lebih), intensitas koitus sebaiknya dikurangi. Saat ini, risiko keguguran relatif lebih tinggi dibanding masa pertengahan kehamilan. Selama koitus, sebaiknya posisi tubuh diatur sedemikian rupa agar penis tidak masuk terlalu dalam. Usahakan pula agar tubuh suami tidak terlalu menekan bagian perut istri. Selain itu hindari koitus dalam waktu yang lama dan orgasme berulang-ulang karena saat orgasme adakalanya terjadi peregangan rahim dan kontraksi sesaat. Juga, aliran darah ke janin saat itu akan berkurang.



     Selama mengalami hubungan seksual dalam kehamilan, apabila pasangan melakukan cunnilingus (oral seks), sebaiknya pasangannya tidak meniup udara ke dalam liang vagina karena gelembung udara tersebut berpotensi menghambat aliran pembuluh darah sehingga menimbulkan emboli yang dapat berakibat fatal baik bagi bayi dan janinnya.

     Hindari berbaring terlentang selama berhubungan intim. Jika uterus yang membesar menekan pembuluh darah utama (sistem aortocaval) yang terletak di bagian belakang perut, maka vaskularisasinya menjadi berkurang sehingga tekanan darah menurun drastis pada sebagian wanita hamil serta mereka dapat merasakan pusing (lightheaded) atau mual, berkeringat dan terkadang tampak pucat. Jika berbalik ke posisi miring, gejala tersebut akan hilang dan wanita hamil akan merasa lega.



     Posisi saat hubungn seksual akan berubah secara signifikan pada kehamilan trimester ketiga. Penggunaan “man on top” yang digunakan sebelum kehamilan akan menurun selama kehamilan. Posisi “woman on top” lebih banyak digunakan selama kehamilan. Posisi menyamping atau “side to side” merupakan posisi yang palaing banyak digunakan selama kehamilan berlangsung.

     Jika anda memang tidak ingin melakukan hubungan seksual, katakan apa adanya pada pasangan anda. Cemas, tidak nyaman, tidak tertarik sama sekali atau tidak memungkinkan ( harus menghindari), adalah beberapa alasan yang umum. Jangan hanya berpikir jika berhubungan seksual itu harus dengan koitus, namun dengan berpelukan, ciuman mesra, pijatan nikmat merupakan bentuk perhatian seksual. Dan pasangan anda adalah orang yang paling wajib untuk mengerti segala ketidaknyamanan yang sedang dirasakan.

     Pastikan juga agar suami tidak melakukan aktivitas seksual selain dengan istrinya karena adanya resiko penularan penyakit menular seksual dan infeksi yang dapat mempengaruhi kesehatan kehamilan dan janin serta menyebabkan kecacatan maupun kematian. Jika salah satu pasangan memiliki kecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seks selama wanita hamil, sebaiknya digunakan kondom saat berhubungan intim atau berlaku istilah Safe sex is no sex. Keamanan 100% adalah ketika tidak berhubungan seksual. Ini tidak berarti suami-istri sebaiknya tidak berhubungan intim.










Kamis, 06 Oktober 2016

ATONIA UTERI

Atonia Uteri
Definisi.
Atonia uteri adalah kegagalan otot uterus untuk berkontraksi setelah kelahiran bayi dan plasenta.

  



Gambar  Uterus normal dibandingkan dengan uterus atoni

Faktor Predisposisi
Beberapa hal yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya atonia uterus antara lain7,10,16,17:
·      Overdistensi uterus (bayi kembar, polihidramnion, bayi besar)
·      Multipara (fibrosis miometrium)
·      Persalinan memanjang
·      Penggunaan oksitosin
·      Anestesi umum
·      Riwayat perdarahan pasca lahir sebelumnya
·      Infeksi (korioamnionitis)
·      Plasenta previa



Patogenesis
Miometrium memiliki otot longitudinal, sirkular, dan oblik yang sifatnya sangat ekspansil. Otot oblik bergerak dengan “criss-cross” dan menekan pembuluh darah ketika uterus berkontraksi dengan baik. Pada persalinan kala 3, fungsi otot oblik adalah untuk kontriksi dan menekan pembuluh darah untuk mengontrol perdarahan. Otot ini banyak ditemukan di segmen atas uterus yang merupakan tempat melekatnya plasenta.

     Pembuluh darah yang mensuplai plasenta akan terputus saat plasenta terlepas dari dinding uterus dan menyebabkan terjadinya perdarahan. Perdarahan ini normalnya akan berhenti saat uterus berkontraksi dan menekan pembuluh darah. Pada atonia uteri, uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik sehingga perdarahan terus berlanjut.





Gambar  Kerja miometrium dalam mengontrol perdarahan pasca salin yang berasal dari tempat impalantasi plasenta

Gejala Klinis dan Diagnosis
Uterus yang teraba lunak pasca persalinan dan perdarahan dari vagina merupakan gejala tersering dari atonia uteri. Diagnosis atonia uteri dapat dilakukan dengan palpasi untuk menentukan apakah uterus berkontraksi normal atau tidak.

Penanganan
Dengan mengenali faktor risiko dan inisiasi tindakan yang cepat, kehilangan darah berlebih dapat dicegah. Dua metode preventif yang dianjurkan untuk mengurangi perdarahan pasca salin akibat atonia uteri adalah manajemen aktif persalinan kala  3 dan melahirkan plasenta secara spontan setelah seksio sesarea.
Pada penelitian yang dilakukan Elbourne, terdapat perbedaan yang signifikan antara pasien yang diberi oksitosin dan pasien tanpa terapi uterotonik. Pasien yang diberi oksitosin mengalami penurunan kehilangan darah, perdarahan pasca salin, dan kebutuhan tambahan terhadap obat uterotonika. Melahirkan plasenta secara spontan pada seksio sesarea dapat menurunkan kehilangan darah.
Jika tindakan preventif tidak berhasil, harus dilakukan tindakan medis yaitu kompresi bimanual dan terapi uterotonika.

Kompresi Bimanual
Sebelum dilakukan kompresi bimanual, kandung kemih harus dikosongkan dulu. Cara melakukan kompresi bimanual adalah satu tangan berada dalam vagina dan menekan korpus uterus sementara tangan satunya menekan fundus dari dinding abdomen.


                                                   
Gambar 2.3 Kompresi bimanual

Terapi Uterotonika
Tabel Obat Uterotonika
Obat
Dosis
Cara
Frekuensi
Efek samping
Kontra indikasi
Oksitosin (Pitocin®)
10 – 80 U dalam 1 L cairan kristaloid
1st line: IV
2nd line: IM, IU
Kontinus
Nausea, muntah, intoksikasi cairan
Tidak ada
Metilergonovin (Methergin®)
0,2 mg
1st line: IM
2nd line: IU, PO
Tiap 2 – 4 jam
Hipertensi, hipotensi, nausea, muntah
Hipertensi, preeklampsia
15-metil prostaglandin F2α (Hebamate®)
0,25 mg
1st line: IM
2nd line: IU
Tiap 15 – 90 menit (maksimal 8 dosis)
Nausea, muntah, diare, flushing, menggigil
Penyakit jantung, paru, ginjal, atau hepar
Prostaglandin E2 (Dinoprostone®)
20 mg
PR
Tiap 2 jam
Nausea, muntah, diare, demam, menggigil, sakit kepala
Hipotensi
Misoprostol (Cytotec®)
600 – 1000 mg
1st line: PR
2nd line: PO
Dosis tunggal
Takikardi, demam
Tidak ada
IM: intramuscular; IU: intrauterine; IV: intravena; PR: per rektal; PO: per oral

Jika atonia uteri disebabkan terapi tokolitik seperti magnesium sulfat dan nifedipin, kalsium glukonas dapat digunakan untuk terapi ajuvan sebanyak 1 g secara IV. Jika pengobatan medikamentosa gagal, harus dipikrkan tindakan lain seperti tamponade uterus, emboli arterial selektif, dan tindakan bedah.

Tamponade Uterus









Gambar Pemasangan tampon uterovagina





Gambar SOS Bakri Tamponade Balloon

Kompresi aorta abdominalis
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut. Genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilicus, tegak lurus sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat, akan menghentikan atau mengurangi denyut arteri femoralis.









Gambar Kompresi aorta abdominalis

Ligasi arteri iliaka interna (hipogastrika)
Ligasi arteri iliaka interna hanya dapat dilakukan di RS dengan fasilitas operasi. Ligasi dilakukan dengan membuka peritoneum yang menutupi arteri iliaka komunis dan memotong di daerah bifurcatio arteri iliaka interna dan eksterna. Lapisan pembungkus arteri iliaka eksterna diinsisi longitudinal, dan diklem secara hati-hati melewati bawah arteri.






Gambar Ligasi arteri iliaka interna (hipogastrika)
Ligasi arteri uterina
Ligasi arteri uterina adalah prosedur yang relative mudah dan sangat efektif dalam mengatasi perdarahan dari uterus. Arteri ini menyediakan sekitar 90% aliran darah pada uterus.bila perlu dapat dilakukan ligasi arteri ovarika. Arteri ovarika bercabang langsung dari aorta dan beranastomosis dengan arteri uterina.

Perut dibuka, rahim ditinggikan dengan tangan operator, dan daerah pembuluh darah rahim di dalam ligamentum latum bagian bawah dibuka. Dengan menggunakan jarum yang besar dan benang chromic catgut atau vicryl no. 1, dibuat sebuah jahitan melalui bagian terbesar segmen bawah otot rahim, 2 – 3 cm medial dari pembuluh darah. Pembuluh-pembuluh darah itu diikat tetapi tidak dipotong. Haid dan kehamilan tidak dipengaruhi.





Gambar  Ligasi arteri uterina

Kompresi jahitan uterus B-Lynch
Teknik ini dilakukan dengan membuka segmen bawah rahim dan melakukan penjahitan dari dinding posterior uterus dan melalui fundus untuk kemudian diikat di anterior.


 
Gambar Teknik B-Lynch


Teknik yang serupa dilakukan tanpa membuka uterus, dengan cara menjahit bagian anterior dan posterior segmen bawah rahim lalu jahitan melalui fundus untuk kemudian diikat di bagian anterior.





Gambar  Modifikasi kompresi jahitan uterus B-Lynch



Histerektomi

Histerektomi dilakukan dengan mengangkat uterus untuk menghentikan perdarahan. Histerektomi totalis mengangkat seluruh bagian uterus termasuk serviksnya, sementara histerektomi supravaginalis mengangkat uterus dengan meninggalkan serviks, sehingga pasien masi mempunyai mulut rahim, tindakan ini dilakukan untuk pasien berusia muda yang kehidupan seksualnya masih aktif. Tindakan histerektomi tidak mengangkat ovarium sehingga walaupun tidak akan mengalami haid tetapi pasien tidak mengalami menopause.

 



Gambar  Histerektomi







HIPEREMESIS GRAVIDARUM

HIPEREMESIS GRAVIDARUM




     Hiperemesis merupakan bentuk berat dari “morning sickness” yang ditandai dengan mual dan muntah yang berlebih dan menyebabkan penurunan konsumsi cairan dan makanan. Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Lebih lanjut, kondisi ini tidak berhubungan dengan kondisi medis lain, seperti cholestasis, hepatitis, dan sebagainya. 
     Etiologi mual dan muntah belum diketahui secara pasti, tapi diduga karena kombinasi dari 
  • Peningkatan hormon estrogen dan progesterone
  • peningkatan hormone HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
  • Gastroesophageal refluks (pada ± 80% kasus)
  • Menurunnya tekanan sfingter esophageal bagian bawah
  • Meningkatnya tekanan intragastrik
  • Menurunnya kompetensi sfingter pilori
  • Kegagalan mengeluarkan asam lambung
     Penyebab pasti dari hiperemesis ini belum diketahui secara pasti, namun diduga karena tingginya atau peninggian yang cepat dari kadar serum hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) atau hormon estrogen. Faktor psikis juga berpengaruh terhadap berat ringannya gejala yang timbul. Gejala mual dan muntah juga dapat disebabkan oleh gangguan traktus digestivus, akibat berkurangnya pengosongan lambung dan gangguan motilitas usus. Selain itu mual dan muntah juga dapat disebabkan karena gangguan yang bersifat sentral pada pusat muntah (Chemoreceptor trigger zone).

     Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat.
     Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan chlorida darah turun, demikian pula chlorida urin. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati.

     Perbedaan morning sickness dan hiperemesis gravidarum 
Morning sickness
Hyperemesis gravidarum
Penurunan berat badan hanya sedikit
Penurunan 5% atau lebih berat badan sebelum kehamilan
Mual dan muntah tidak mengganggu asupan makanan dan minuman yang masuk
Mual dan muntah menyebabkan makanan dan minuman yang masuk sangat sedikit, dapat menyebabkan dehidrasi bila tidak diatasi
Muntah jarang, mual berulang namun tidak berat,dapat menimbulkan ketidak nyamanan
Muntah sering, dapat berupa darah atau cairan empedu bila tidak diatasi. Mual biasanya berat dan terus menerus.
Kebanyakan gejala hilang dengan modifikasi diet atau gaya hidup
Membutuhkan medikasi untuk menghentikan gejala dan hidrasi intra vena. Pada kasus berat, dibutuhkan suplemen tambahan
Mual biasanya akan berkurang setelah trimester pertama
Mual dapat berkurang pada saat trimester kedua atau saat melahirkan
Stress psikologik ringan
Stress psikologik sedang sampai, resiko kecemasan antenatal, depresi, dan Post Traumatic Stress Disorder
Pemulihan postnatal hanya beberapa bulan
Pemulihan postnatal lama, dapat mencapai 6 bulan – 2 tahun



     Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :
  • Tingkat 1
Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir, dan sedikit cairan empedu, dan terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal.

  • Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, sub-febril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.

  • Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi daat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin dalam urin, dan proteinuria.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi mual selama kehamilan :
  • Hindari makanan atau hal lain yang mempunyai bau yang dapat menstimulasi mual
  • Makan dalam porsi kecil namun sering
  • Jangan menunggu terlalu lapar untuk makan atau makan terlalu kenyang

Kesimpulan

     Mual dan muntah merupakan gangguan yang sering dijumpai pada kehamilan muda, terutama sampai umur 16 minggu. Keluhan mual muntah sering terjadi pada waktu pagi hari sehingga dikenal juga dengan “morning sickness”.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Sukar untuk menentukan etiologi hiperemesis gravidarum dan seringkali tidak hanya disebabkan oleh satu faktor. Namun hiperemesis gravidarum dapat disebabkan oleh faktor genetik, perubahan hormonal dalam tubuh, faktor organik, faktor psikologik, dan kesehatan ibu secara umum. Keadaan lain yang dapat menyebabkan hiperemesis yaitu Mola Hidatidosa, Peptic Ulcer, gastroenteritis, cholecystitis, pancreatitis, Hipertiroidisme, pyelonephritis, fatty liver pada kehamilan,  psikologik.
     Terapi yang dapat diberikan untuk ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum adalah atasi dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairannya terlebih dahulu. Obat yang aman diberikan adalah vitamin B1, B2, B6, B12, dan C , antiemesis, dapat pula dengan pengobatan herbal (jahe, peppermint), dan acupressure, serta pertimbangkan untuk terminasi kehamilan jika ada indikasi.

Kamis, 31 Maret 2016

DIABETES MELITUS

     Tentu saja kita sering mendengar tentang penyakit Diabetes Melitus (DM), atau yang sering dikenal orang sebagai kencing manis. Menurut ADA (American Diabetes Association) diabetes melitus adalah suatu bagian dari penyakit metabolisme dimana terjadi kondisi hiperglikemia (kadar gula dalam darah tinggi) yang diakibatkan ketidakmampuan tubuh dalam mengolah atau menggunakan gula darah sebagai tenaga. Ketidakmampuan tubuh dalam mengolah gula darah mencakup gangguan sekresi insulin, gangguan pada insulin sendiri, atau keduanya. Gejala DM yang paling mudah dikenali adalah "5P", yaitu Polyuri (banyak kencing), Polydipsia (banyak minum), Polyphagia (banyak makan), Pruritus (gatal), dan Parastesi (kesemutan). Masih banyak lagi gejala klinik DM, tetapi yang paling mudah dikenal masyarakat yaitu 5P. 

Gejala klinik Diabetes Melitus
Sumber: http://www.diabetes-ao.com/symptoms-type-2-diabetes-mellitus/


     Menurut WHO jumlah penderita DM ada 150 juta orang. Diramalkan pada tahung 2025 usia penderita DM akan berkisar pada umur 65 tahun dan akan terus berkembang bahkan sampai berkisar pada umur 45 tahun. Perkembangan penyakit DM yang pesat ini didapat sering di negara berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk, umur, dan gaya hidup yang sedentary

     Pada umumnya terdapat 2 tipe DM, yaitu Tipe 1 dan Tipe 2. Kita akan membahasnya satu persatu. 

  • Diabetes Melitus Tipe 1.
    • Pada jenis diabetes ini sering dikenal juga sebagai insulin-dependent. Pada DM tipe 1 terjadi kegagalan pankreas dalam memproduksi insulin. Biasanya DM tipe 1 terjadi pada anak kecil. Basis bagaimana terjadinya DM tipe 1 adalah akibat kerusakan autoimun pada sel B pankreas. Manifestasi pertama pada DM tipe 1 adalah ketoasidosis. Rusaknya sel B pankreas bisa disebabkan karena gen-gen tertentu (HLA-DR) dan lingkungan.  
  • Diabetes Melitus Tipe 2
    • Pada diabetes ini sering disebut juga non-insulin-dependent, dimana pada kondisi DM tipe 2 terjadi akibat ketidakmampuan tubuh dalam merespon insulin yang diproduksi oleh pankreas. Oleh WHO, DM tipe 2 ini adalah jenis DM yang paling sering terjadi diseluruh dunia. Ada sekitar 90% kasus DM tipe 2 dari seluruh kasus DM.
     Bagaimana Diabetes Melitus (DM) terjadi tergantung dari tipe apa dulu diabetesnya. 

  • Untuk DM tipe 1 patogenesisnya sebagai berikut. 
    Patogenesis DM tipe 1. Sumber: http://ocw.tufts.edu/Content/14/lecturenotes/265878

    • Diabetes Melitus tipe 1 terjadi pada usia muda dengan insidensi terbanyak pada usia 10-12 tahun untuk perempuandan 12-14 tahun untuk laki-laki, meskipun DM tipe 1 dapat terjadi pada semua usia yang biasanya kurang dari 20 tahun. DM tipe 1 terjadi oleh karena kerusakan sel beta pankreas yang dimediasi oleh autoimun. Sehingga penatalaksanaan utama untuk DM tipe 1 adalah insulin karena kegagalan pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga terjadi defisiensi insulin yang absolut. 
    • Genetik dan faktor lingkungan menyebabkan kelainan imun (autoantibodi). Glutamic acid decarboxylase antibodies (GAD-65), islet cell antibodies (ICA512/IA-2), dan insulin antibodies (IAA) adalah suatu marker untuk diagnosis DM tipe 1. Kehancuran sel Beta pankreas dimediasi oleh sel T. 

    • Untuk DM tipe 2 patogenesisnya sebagai berikut.

      Patogenesis DM tipe 2. Sumber: http://ocw.tufts.edu/Content/14/lecturenotes/265878
      • Pada DM tipe 2, resistensi insulin pada jaringan dan ketidakmampuan insulin menjadi penentu terjadinya DM tipe 2. Resistensi insulin menyebabkan ketidakmampuan uptake glukosa pada jaringan perifer (otot, dll). Untuk mencegah hal tersebut dan mencegah metabolisme yang abnormal pada jaringan perifer maka pankreas akan menambah produksi dari insulin. Hiperglikemia muncul saat terjadi ketidakcocokan antara kebutuhan insulin yang sebenarnya dan jumlah insulin yang disekresikan oleh sel beta pankreas. 


         Pengobatan untuk penderita DM non farmakologi yang utama adalah olahraga dan pengaturan diet. Pada umumnya penderita DM tipe 1 membutuhkan suntik insulin. Pada penderita DM tipe 2 memang tidak terlalu membutuhkan insulin untuk penatalaksanaan dan biasanya menggunakan obat oral untuk mengatasi hiperglikemi yang dialami. Golongan-golongan obat untuk terapi DM adalah sebagai berikut :
    • Biguanides
      • Golongan ini menjadi terapi utama untuk DM tipe 2. Cara kerja obat ini adalah meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan perifer, dan mengurangi hepatic gluconeogenesis. Contoh obat golongan ini adalah Metformin.


    • Sulfonylureas
      • Golongan ini berfungsi untuk menstimulasi pelepasan insulin oleh sel beta pankreas, serta mengurangi HbA1c 1-2%. Pemeriksaan HbA1c berguna untuk melihat bagaimana progress dari pengobatan diabetes. Contoh obat ini adalah Glimepiride. Cara kerja Glimepiride adalah meningkatkan produksi insulin serta sensitivitas insulin.



        • Insulins
          • Pengobatan insulin dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut
          1. Masa kerja singkat, mula kerja cepat : reguler insulin, zinc insulin 
          2. Masa kerja sedang : lente.semilente, NPH 
          3. Masa kerja lama, mulai kerja lambat : ultralente
          • Komplikasi pemberian insulin adalah sebagai berikut :
            • Hipoglikemi
              • Penyebabnya adalah : terlambat makan, gerak badan berlebihan atau dosis insulin terlalu besar Gejala insulin berlebihan adalah bingung, tingkah laku aneh dan dapat sampai koma.
            • Imunopatologi, biasanya ada beberapa orang yang alergi dengan pengobatan ini.
             Komplikasi DM beragam. Komplikasi terjadi saat kita terlalu lama tidak mengontrol gula darah kita. Komplikasi menurut mayoclinic.com adalah sebagai berikut.
        1. Gangguan Kardiovaskuler. DM biasanya meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, misalnya serangan jantung, stroke,  dan atherosclerosis
        2. Neuropati. Para penderita DM sering mengeluhkan kelainan saraf berupa sering baal atau kesemutan. Gula darah yang terlalu tinggi (hiperviskositas) dapat merusak dinding pembuluh darah sehingga mempengaruhi aliran nutrisi ke jaringan saraf. 
        3. Kerusakan Ginjal (Nefropati). Didalam ginjal terdapat banyak sekali pembuluh darah yang berperan dalam proses penyaringan zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh untuk dibuang. Diabetes dapat merusak proses penyaringan tersebut, sehingga komplikasi terparah dapat menyebabkan gagal ginjal.
        4. Kerusakan Mata (Retinopati)
        5. Gangguan Pendengaran.
        6. Penyakit Alzheimer.
             Penyakit Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang kompleks. Penyakit ini sangat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Dapat dibayangkan seberapa besar kerusakan dalam tubuh yang dialami saat DM. Biaya dalam pengobatan DM juga tidak tergolong murah. Pengobatan DM dilakukan bisa sampai seumur hidup tergantung keparahannya. Maka tindakan pencegahan perlu dilakukan. Pencegahan utama untuk DM adalah kontrol diet dan olahraga. 




             Sekian pembahasan kita tentang Diabetes Melitus. Mudah-mudahan penjelasan singkat ini dapat membantu pembaca untuk lebih memahami tentang penyakit ini.

        Jumat, 04 Maret 2016

        Multiple Myeloma..?? APA..?? BAGAIMANA..???

        Multiple Myeloma..??? Apakah itu suatu bentuk organisasi rahasia para oma-oma se-Indonesia..?? 

             Tenang.. Multiple myeloma bukanlah organisasi para oma se-Indonesia. tetapi adalah suatu penyakit keganasan. Mungkin masih terdengar asing bagi telinga kita untuk istilah penyakit ini. Menurut American Cancer Society Multiple Myeloma (MM) adalah suatu keganasan yang disebabkan oleh sel plasma yang abnormal. Sel plasma pada normalnya terletak di sumsum tulang dan sangat berfungsi dalam tugas sebagai antibodi atau pertahanan dalam tubuh.

             Pertahanan tubuh kita dibentuk oleh bervariasi jenis sel yang berkerja sama dalam melawan suatu infeksi. Limfosit adalah suatu jenis sel yang memegang peranan paling penting dalam pertahanan tubuh manusia. Limfosit terdiri dari Limfosit B dan Limfosit T. Saat limfosit B merespon terhadap suatu infeksi, maka limfosit tersebut akan matang dan berubah menjadi sel plasma. Sel plasma membentuk suatu antibodi yang disebut juga imunoglobulin yang digunakan dalam melawan kuman. Limfosit ditemukan di kelenjar getah bening, sumsum tulang, usus, dan aliran darah. Sel plasma banyak ditemukan di sumsum tulang. Sumsum tulang adalah suatu jaringan lunak di dalam tulang berongga  Selain sel plasma, sumsum tulang normal memiliki sel-sel yang membuat sel-sel darah lainnya.

             Oleh ACS (America Cancer Society) mengemukakan bahwa terdapat 30.330 kasus baru pasien MM dimana terdapat 17.900 pada kasus pria dan 12.430 pada kasus perempuan.
        Proliferasi sel plasma yang tidak normal juga mempengaruhi produksi sel darah lainnya sehingga mengakibatkan leukopenia, anemia, dan trombositopenia. 

             Gejala klinik Multiple Myeloma biasanya asimptomatik, tetapi dapat dilihat dari kenaikan kadar protein dalam darah. Penderita biasanya mengalami kelemahan badan, nyeri pada tulang, bahkan dapat mengalami gangguan pada ginjal. Kelemahan yang terjadi pada penderita biasanya diakibatkan karena anemia yang dialami. Oleh medicinet.com telah menjabarkan gejala klinik MM, yaitu:
        1. Anemia
        2. Bleeding
        3. Nerve damage
        4. Skin lesions
        5. Enlarged tongue (macroglossia)
        6. Bone tenderness or pain
        7. Weakness or tiredness
        8. Infections
        9. Pathologic bone fractures
        10. Spinal cord compression
        11. Kidney failure

        Gejala klinik Multiple Myeloma. Sumber: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/multiple+myeloma

             Patofisiologi atau proses bagaimana suatu gejala klinik penyakit yang timbul pada penyakit MM masih belum diketahui secara jelas. Gejala klinik MM bisa dilihat berikut ini:

        1. Kelainan skeletal. Proliferasi sel plasma dapat menyebabkan kerusakan tulang dengan adanya lesi osteolitik, anemia, hiperkalsemia. Hiperkalsemia timbul diakibatkan oleh faktor aktivasi osteoklas/osteoclast.
        2. Plasmacytoma. Extramedullary Plasmacytoma adalah suatu bentuk kelainan pertumbuhan sel plasma yang awalnya dan biasanya terdapat di tulang, tetapi jenis sel plasma ini terdapat di jaringan tubuh lain (paru-paru, dan organ lainnya).
        3. MGUS (Monoclonal Gammopathy of Undertermined Significance). Pada kondisi ini, sel plasma dapat menghasilkan salinan antibodi yang abnormal yaitu protein Monoclonal atau protein M. Biasanya pada MGUS kondisi seseorang tidak terlalu terganggu. Biasanya orang dengan MGUS dapat berlanjut menjadi multiple myeloma atau lymphoma. 
            Penyebab MM sangat banyak, terdiri dari genetik, inflamasi kronis, radiasi, infeksi dan MGUS. Penelitian terkini sedang dilakukan terutama tentang Human Leukocyte Antigen (HLA)-Cw5 atau Cw2. Ada beberapa penelitian juga mengemukakan bahwa MM lebih muda terkena pada orang-orang yang sering terpapar herbisida atau insektisida. Human Herpesvirus 8 (HH8) juga diteliti ditemukan di penyakit MM dan MGUS, karena HH8 menginfeksi sel dendritik sumsum tulang.

             National Comprehensive Cancer Network (NCCN) telah memberikan guidelines penatalaksanaan MM. Guideline penatalaksanaan dapat di download di http://szpiczak.org/lang/aktualnosci/komunikaty/pdf/rok_2015/myeloma_blocks.pdf. Penatalaksanaan MM menurut NCNN adalah sebagai berikut:
        • Bortezomib/dexamethasone
        • Bortezomib/cyclophosphamide/dexamethasome
        • Bortezomib/lenalidomide/dexamethasone (category 1)
        • Lenalidomide/low-dose dexamethasone (category 1)
        • Melphalan/prednisone/bortezomib (MPB) (category 1)
        • Melphalan/prednisone/lenalidomide (MPL) (category 1)
        • Melphalan/prednisone/thalidomide (MPT) (category 1)
             Prognosis untuk penyakit ini beragam. Untuk penderita MGUS biasanya masih tergolong baik, dan apabila berkembang menjadi multiple myeloma maka akan berakhir dengan buruk. Biasanya penderita dapat bertahan dengan interval waktu satu sampai sepuluh tahun, dengan reratanya adalah tiga tahun. Menurut medscape.com prognosis akan baik bila penderita dengan usia muda, dan prognosis bertambah buruk seiring dengan tua umur pasien. Faktor-faktor yang memperburuk prognosis pasien adalah sebagai berikut:
        1. Massa tumor
        2. Hiperkalsemia
        3. Bence Jones Proteinemia
        4. Kerusakan ginal (creatinine lebih dari 2mg/dl)
        Infeksi juga menjadi faktor penyebab kematian penderita multiple myeloma. Pada penelitian di Inggris, 10% kematian penderita MM dalam 60 hari, 45% diantaranya disebabkan karena infeksi. Pada penelitian di Swedia, kematian penderita MM sebanyak 22% karena infeksi pada tahun pertama setelah terdiagnosis. 

             Untuk pembahasan penyakit Multiple Myeloma cukup sampai disini. Mudah-mudahan pembahasan yang singkat ini dapat membantu pembaca dalam mengerti tentang penyakit Multiple Myeloma.

        Untuk request pembahasan penyakit bisa emai di ricky.hutagalung16@gmail.com











        SEKS DALAM KEHAMILAN..?? AMANKAH...????

             Kehamilan merupakan satu langkah dari perkembangan hubungan seksual antara dua individu. Semua kehamilan tentunya diawali oleh ...