Atonia Uteri
Definisi.
Atonia uteri adalah kegagalan otot uterus untuk berkontraksi setelah kelahiran bayi dan plasenta.
Gambar Uterus normal dibandingkan dengan uterus atoni
Faktor Predisposisi
Beberapa hal yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya atonia uterus antara lain7,10,16,17:
· Overdistensi uterus (bayi kembar, polihidramnion, bayi besar)
· Multipara (fibrosis miometrium)
· Persalinan memanjang
· Penggunaan oksitosin
· Anestesi umum
· Riwayat perdarahan pasca lahir sebelumnya
· Infeksi (korioamnionitis)
· Plasenta previa
Patogenesis
Miometrium memiliki otot longitudinal, sirkular, dan oblik yang sifatnya sangat ekspansil. Otot oblik bergerak dengan “criss-cross” dan menekan pembuluh darah ketika uterus berkontraksi dengan baik. Pada persalinan kala 3, fungsi otot oblik adalah untuk kontriksi dan menekan pembuluh darah untuk mengontrol perdarahan. Otot ini banyak ditemukan di segmen atas uterus yang merupakan tempat melekatnya plasenta.
Pembuluh darah yang mensuplai plasenta akan terputus saat plasenta terlepas dari dinding uterus dan menyebabkan terjadinya perdarahan. Perdarahan ini normalnya akan berhenti saat uterus berkontraksi dan menekan pembuluh darah. Pada atonia uteri, uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik sehingga perdarahan terus berlanjut.
Gambar Kerja miometrium dalam mengontrol perdarahan pasca salin yang berasal dari tempat impalantasi plasenta
Gejala Klinis dan Diagnosis
Uterus yang teraba lunak pasca persalinan dan perdarahan dari vagina merupakan gejala tersering dari atonia uteri. Diagnosis atonia uteri dapat dilakukan dengan palpasi untuk menentukan apakah uterus berkontraksi normal atau tidak.
Penanganan
Dengan mengenali faktor risiko dan inisiasi tindakan yang cepat, kehilangan darah berlebih dapat dicegah. Dua metode preventif yang dianjurkan untuk mengurangi perdarahan pasca salin akibat atonia uteri adalah manajemen aktif persalinan kala 3 dan melahirkan plasenta secara spontan setelah seksio sesarea.
Pada penelitian yang dilakukan Elbourne, terdapat perbedaan yang signifikan antara pasien yang diberi oksitosin dan pasien tanpa terapi uterotonik. Pasien yang diberi oksitosin mengalami penurunan kehilangan darah, perdarahan pasca salin, dan kebutuhan tambahan terhadap obat uterotonika. Melahirkan plasenta secara spontan pada seksio sesarea dapat menurunkan kehilangan darah.
Jika tindakan preventif tidak berhasil, harus dilakukan tindakan medis yaitu kompresi bimanual dan terapi uterotonika.
Kompresi Bimanual
Sebelum dilakukan kompresi bimanual, kandung kemih harus dikosongkan dulu. Cara melakukan kompresi bimanual adalah satu tangan berada dalam vagina dan menekan korpus uterus sementara tangan satunya menekan fundus dari dinding abdomen.
Gambar 2.3 Kompresi bimanual
Terapi Uterotonika
Tabel Obat Uterotonika
Obat
|
Dosis
|
Cara
|
Frekuensi
|
Efek samping
|
Kontra indikasi
|
Oksitosin (Pitocin®)
|
10 – 80 U dalam 1 L cairan kristaloid
|
1st line: IV
2nd line: IM, IU
|
Kontinus
|
Nausea, muntah, intoksikasi cairan
|
Tidak ada
|
Metilergonovin (Methergin®)
|
0,2 mg
|
1st line: IM
2nd line: IU, PO
|
Tiap 2 – 4 jam
|
Hipertensi, hipotensi, nausea, muntah
|
Hipertensi, preeklampsia
|
15-metil prostaglandin F2α (Hebamate®)
|
0,25 mg
|
1st line: IM
2nd line: IU
|
Tiap 15 – 90 menit (maksimal 8 dosis)
|
Nausea, muntah, diare, flushing, menggigil
|
Penyakit jantung, paru, ginjal, atau hepar
|
Prostaglandin E2 (Dinoprostone®)
|
20 mg
|
PR
|
Tiap 2 jam
|
Nausea, muntah, diare, demam, menggigil, sakit kepala
|
Hipotensi
|
Misoprostol (Cytotec®)
|
600 – 1000 mg
|
1st line: PR
2nd line: PO
|
Dosis tunggal
|
Takikardi, demam
|
Tidak ada
|
IM: intramuscular; IU: intrauterine; IV: intravena; PR: per rektal; PO: per oral
Jika atonia uteri disebabkan terapi tokolitik seperti magnesium sulfat dan nifedipin, kalsium glukonas dapat digunakan untuk terapi ajuvan sebanyak 1 g secara IV. Jika pengobatan medikamentosa gagal, harus dipikrkan tindakan lain seperti tamponade uterus, emboli arterial selektif, dan tindakan bedah.
Tamponade Uterus
Gambar Pemasangan tampon uterovagina
Gambar SOS Bakri Tamponade Balloon
Kompresi aorta abdominalis
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut. Genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilicus, tegak lurus sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat, akan menghentikan atau mengurangi denyut arteri femoralis.
Gambar Kompresi aorta abdominalis
Ligasi arteri iliaka interna (hipogastrika)
Ligasi arteri iliaka interna hanya dapat dilakukan di RS dengan fasilitas operasi. Ligasi dilakukan dengan membuka peritoneum yang menutupi arteri iliaka komunis dan memotong di daerah bifurcatio arteri iliaka interna dan eksterna. Lapisan pembungkus arteri iliaka eksterna diinsisi longitudinal, dan diklem secara hati-hati melewati bawah arteri.
Gambar Ligasi arteri iliaka interna (hipogastrika)
Ligasi arteri uterina
Ligasi arteri uterina adalah prosedur yang relative mudah dan sangat efektif dalam mengatasi perdarahan dari uterus. Arteri ini menyediakan sekitar 90% aliran darah pada uterus.bila perlu dapat dilakukan ligasi arteri ovarika. Arteri ovarika bercabang langsung dari aorta dan beranastomosis dengan arteri uterina.
Perut dibuka, rahim ditinggikan dengan tangan operator, dan daerah pembuluh darah rahim di dalam ligamentum latum bagian bawah dibuka. Dengan menggunakan jarum yang besar dan benang chromic catgut atau vicryl no. 1, dibuat sebuah jahitan melalui bagian terbesar segmen bawah otot rahim, 2 – 3 cm medial dari pembuluh darah. Pembuluh-pembuluh darah itu diikat tetapi tidak dipotong. Haid dan kehamilan tidak dipengaruhi.
Gambar Ligasi arteri uterina
Kompresi jahitan uterus B-Lynch
Teknik ini dilakukan dengan membuka segmen bawah rahim dan melakukan penjahitan dari dinding posterior uterus dan melalui fundus untuk kemudian diikat di anterior.
Gambar Teknik B-Lynch
Teknik yang serupa dilakukan tanpa membuka uterus, dengan cara menjahit bagian anterior dan posterior segmen bawah rahim lalu jahitan melalui fundus untuk kemudian diikat di bagian anterior.
Gambar Modifikasi kompresi jahitan uterus B-Lynch
Histerektomi
Histerektomi dilakukan dengan mengangkat uterus untuk menghentikan perdarahan. Histerektomi totalis mengangkat seluruh bagian uterus termasuk serviksnya, sementara histerektomi supravaginalis mengangkat uterus dengan meninggalkan serviks, sehingga pasien masi mempunyai mulut rahim, tindakan ini dilakukan untuk pasien berusia muda yang kehidupan seksualnya masih aktif. Tindakan histerektomi tidak mengangkat ovarium sehingga walaupun tidak akan mengalami haid tetapi pasien tidak mengalami menopause.
Gambar Histerektomi